Sayuran, sang penyumbang inflasi yang meresahkan

Salah satu tugas terpenting Bank Indonesia (BI) adalah menjaga tekanan harga atau inflasi. Menuju satu tujuan ini, banyak hal yang harus diusahakan oleh BI, salah satunya adalah mengendalikan tekanan harga dari sisi supply (persediaan). Pada triwulan kedua tahun 2017 ini, sayuran hijau menjadi penyumbang inflasi terbesar di Sulawesi Tenggara. Penyebab mahalnya harga sayur di triwulan II 2017 ini adalah minimnya persediaan sayur akibat curah hujan yang tinggi sehingga banyak tanaman yang membusuk dan gagal dipanen. Salah satu kendala lain yang dihadapi petani adalah teknologi penanaman yang masih tradisional sehingga produk yang dihasilkan kurang memiliki daya saing.


Salah satu langkah nyata yang dilakukan Bank Indonesia perwakilan Sultra adalah mengembangkan usaha perkebunan hortikultura yang menjadi penyumbang inflasi terbesar yaitu sawi hijau, bayam dan kangkung. Teknologi yang dikembangkan fungsi UMKM BI sultra adalah teknologi MA-11 dengan menggunakan microbacteria Alfafa yang mampu memperpendek usia panen dari 27-30 hari menjadi 14 hari. Selain itu metode ini memperkenalkan teknologi penanaman sayuran organik dengan hasil produk yang lebih memiliki nilai tambah di masyarakat. melalui program ini, BI juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan pemasaran produk hingga ke swalayan sehingga mampu memutus rantai komoditas yang terlalu panjang. Rantai komoditas yang terlalu panjang sangat memungkinkan terjadinya kenaikan harga yang tidak wajar di tingkat tengkulak dan konsumen dimana keuntungan ini tidak dirasakan oleh petani. Dengan satu program ini, BI dapat memberikan manfaat kepada petani, dan kepada konsumen karena diharapkan harga sayuran dapat terkendali. Program pelatihan penanaman ini membuktikan bahwa Bank Indonesia ada di setiap makna Indonesia

Comments

Popular Posts